Kamis, 02 Juni 2016

Makalah tentang komunikasi dan gaya kepemimpinan

KOMUNIKASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN

D I S U S U N OLEH: KELOMPOK 9

LILI RAVIZAH       
LISA ARIYANTI   
NUR ASIAH


  PEMBIMBING : MUHAJIR RAMLI S.sos i
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM-BANDA ACEH
2016

KATA PENGANTAR


 




KATA PENGANTAR


            Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat kesehatan, iman dan ilmu pengetahuan sehingga penulis bisa menyiapkan tugas  yang sederhana ini. Shalawat beriring salam kita paparkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang membawa umatnya keluar dari alam kegelapan sampai ke alam yang terang berderang yang kita rasakan  sekarang ini.
        Makalah  sederhana ini merupakan tugas  akademik Mahasiswa, sebagai syarat sekaligus ilmu untuk mahasiswa, penulis bersyukur kepada Allah SWT, yang memberikan pengetahuan dan berterimah kasih kepada Ayah/Ibu, Dosen Muhajir Ramli serta sahabat seperjuangan yang telah bersama-sama mengerjakan tugas ini, dorongan semangat serta do’anya Hanya Allah SWT yang dapat membalaskan segala kebaikan yang dikongsikan bersama. 
       Akhir kata, penulis berharap mudah-mudahan makalah ini bisa berguna dan menjadi tambahan ilmu bagi pembaca.
                                                  Banda Aceh, 2 Januari 2016
Penulis
Lili Ravizah
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah hal yang penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya.
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan personal tersebut meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi antar konsep kepemimpinan-kekuasaan-politik dalam organisasi, kemampuan memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan budaya organisasi yang ideal.


1.2  RUMUSAN MASALAH
  1. Apa itu komunikasi dan bagaimana pola dalam komunikasi ?
  2. Bagaimana proses dan fungsi komunikasi dalam organisasi ?
  3. Bagaimana kepemimpinan, fungsi, cirri, tipe dan gaya dalam organisasi ?


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Definisi Komunikasi

                    Komunikasi berasal dari bahasa latinCommunicatio dari induk kata Communisyang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah sama makna. Artinya, menyamakan ide atau symbol-simbol menjadi satu makna dengan orang lain.
Menurut Charles Colley komunikasi adalah mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan yang memperkembangkan semua lambang pikiran, bersama-sama dengan sarana untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini mencakup wajah, sikap dan gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegrap, telepon, dan apa saja yang merupakan penemuan mutakhir untuk menguasai ruang dan waktu.[1]

  1. Pola Komunikasi Organisasi

Secara umum pola komunikasi dapat dibedakan menjadi :
       a. Saluran komunikasi formal

Komunikasi formal merupakan komunikasi yang cenderung birokratis dan ketat, sehingga pengambilan keputusan menjadi lamban.Pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan.[2] 
 Kaitannya dengan proses penyampaian informasi, terdapat beberapa bentuk, diantaranya:
1)      Komunikasi dari atas ke bawah

Komunikasi ke bawah yaitu suatu penyampaian informasi baik lisan maupun tulisan, secara  langsung maupun tak langsung, berupa perintah atau penjelasan umum dari atasan kepada bawahannya. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Robbin yang menjelaskan sebagai berikut: Komunikasi yang berlangsung dari tingkat tertentu dalam satu kelompok atau organisasi ke tingkat yang lebih rendah.[3]
Menurut  Onong U Effendy pelaksanaan komunikasi ke bawah, informasi ini dapat berupa:mengadakan rapat, memasang pengumuman, menerbitkan majalah intern, dan pemberian pujian.

Menurut Katz dan Kahn dalam kajian teori kelompok 3, komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok[4] yaitu:

a)       Memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu.
b)      Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan.
c)       Meberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional.
d)      Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para anggota.
e)       Menyajikan informasi mengenai aspek ideology dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.

Factor yang mempengaruhi komunikasi ke bawah[5] antara lain:
a)  Keterbukaan

Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan pembelokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam pesan, umumnya para pemimpin tidak begitu memperhatikan arus komunikasi ke bawah. Pimpinan mau memberikan informasi ke bawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas, tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas pesan tersebut tetap dipegangnya.

b)  Kepercayaan pada tulisan pesan

Kebanyakan para pemimpin lebih percaya pada pesan tulisan dan metode defuse yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka.
c)  Pesan yang berlebihan

            Karena banyaknya pesan-pesan dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-surat pengumuman, majalah dan pernyataan kebijaksanaan, sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi karywan terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya.

d)     Timing (waktu pengiriman pesan)

Waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan kebawah pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi kepada efektivitasnya.[6]
e)      Penyaringan pesan
           
Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah semuanya diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan pesan dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya, perbedaan persepsi diantara karyawan, jumlah mata rantai dalam jaringan komunkasi dan perasaan kurang percaya kepada supervisor.

2.     Komunikasi dari bawah ke atas

Komunikasi ke atas yaitu  suatu penyampaian informasi yang mengalir atau berasal dari bawahan kepada pimpinan/atasan. Prinsip-prinsip komunikasi ke atas menurut Planty dan Mchaver adalah sebagai berikut[7], Harus direncanakan, berlangsung terus menerus, menggunakan saluran yang rutin, menekan kesensitifan dan penerimaan ide-ide yang menyenangkan dari level yang lebih rendah, pendengaran yang objektiv, pengambilan tindakan berespon terhadap masalah dan menggunakan berbagai macam media untuk memajukan informasi.
3.     Komunikasi horizontal

Komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain[8] mengkoordinasikan tugas-tugas, saling membagi informasi untuk perencanaan aktivitas, memecahkan masalah yang timbul diantara orang-orang yang berada pada tingkatan yang sama, menyelesaikan konflik, menjamin pemahaman yang sama, dan menegmbangkan sokongan interpersonal. Komunikasi horizontal sering diperlukan untuk menghemat waktu dan memudahkan koordinasi.

4.       Komunikasi diagonal

Komunikasi antara dua tingkat organisasi yang berbeda. Komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan, diantaranya yaitu:

a)       Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi tradisional.
b)      Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi.

Dan kelemahannya dapat mengganggu komunikasi yang rutin yang sudah berjalan sebelumnya.

b.     Saluran komunikasi informal

Komunikasi informal cenderung luwes/fleksibel dan tidak ketat, berkomunikasi dengan lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan sifat arus informasi pribadi.Jaringan ini biasa di sebut desas-desus (grapevine).Jaringan juga dapat digunakan oleh para manajer untuk memonitor para anggotanya dalam melakukan tugasnya.

2.     Proses Komunikasi
Menurut Bovee dan Thill dalam kajian teori kelompok 3 proses komunikasi terdiri dari enam tahap, yaitu:
a)       Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
b)      Pengirim merubah ide menjadi suatu pesan
c)       Pengirim menyampaikan pesan
d)      Penerima menerima pesan
e)       Penerima menafsirkan pesan
f)       Penerima memberi tanggapan dan umpan balik ke pengirim

3.      Munculnya kesalahpahaman komunikasi       
a.       Masalah dalam mengembangkan pesan
Munculnya keragu-raguan tentang isi pesan, kurang tebiasa dengan situasi yang ada atau masih asing dengan audiens, adanya pertentangan emosional, atau kesulitan dalam mengekspresikan ide atau gagasan.[9]
b.       Masalah dalam menyampaikan pesan

munculnya masalah penyampaian pesan dari pengirim ke penerima, dan masalah yang paling jelas adalah faktor sarana fisik untuk komunikasi.
c.       Masalah dalam menerima pesan

Munculnya persaingan antara penglihatan dan suara, kursi yang tidak nyaman, lampu kurang terang dan kondisi lain yang mengganggu konsentrasi audiensi.
d.       Masalah dalam menafsirkan pesan

Karena perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran dan perbedaan reaksi emosional

1.       Komunikasi Personal

Komunikasi personal merupakan proses penyampaian pikiran yang bersifat pribadi. Komunikasi personal diklasifikasikan menjadi:
a)       Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi dengan diri sendiri, Jadi seseorang berdialog dengan dirinya sendiri..
Proses komunikasi intrapersonal:

1.     Persepsi, proses di mana seseorang mulai mengenal sesuatu.
2.     Ideasi, proses pembentukan ide-ide atau citra-citra hasil proses persepsi tadi.
3.    Transmisi, Proses pengiriman atau penyebaran sesuatu dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

b)      Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antara seseorang dengan orang lain yang juga seorang diri secara pribadi.

2.      Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara seseorang dengan sejumlah orang yang banyaknya lebih dari dua orang di suatu tempat tertentu.Ada kelompok besar da nada kelompok kecil.Besar kecilnya kelompok komunikan ditinjau dari intensitas komunikasi yang berlangsung.

  1. Komunikasi kelompok kecil
Kelompok komunikan yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal.Ada beberapa bentuk komunikasi kelompok kecil dalam proses dan mekanismenya, yaitu:Diskusi panel, Forum, Simposium, Seminar, dan Brainstorming.
  1. Komunikasi kelompok besar

Komunikasi dengan sekelompok komunikan yang oleh karena jumlahnya yang besar, situasi komunikasinya tidak memungkinkan terjadinya umpan balik verbal.


4.    Fungsi Komunikasi dalam Kelompok/Organisasi
Adapun beberapa fungsinya yakni[10]:
  1. Fungsi informative

Organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Maksudnya,seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik,dan lebih tepat.
  1. Fungsi regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.
  1. Fungsi persuasive

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan lebih suka memersuasi bawahanya dari pada memberi perintah.
  1. Fungsi integratif
  
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan anggota dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan baik.

B.  Kepemimpinan
              
Pemimpin dan Kepemimpinan  merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Banyak muncul pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara lain :
 Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok (1942), Sedangkan kepemimpinan adalah   suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.

  1.      Ciri Kepemimpinan
Dr. W.A. Gerungan dalam kajian teori kelompok 3 disebutkan telah mengetengahkan cirri-ciri pemimpin sekurang-kurangnya harus memiliki tiga cirri yaitu:
  1.      Persepsi Sosial (social perception)

adalah kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok.
  1.      Kemampuan Berpikir Abstrak (Ability in abstract thinking)

Kemampuan berabstraksi yang sebenarnya merupakan salah satu segi dari struktur intelegensi, ketajaman persepsi dan kemampuan menganalisis didampingi oeh kemampuan berabstraksi dan mengintegrasikan fakta-fakta interaksi sosial di dalam dan di luar kelompok.
  1.       Keseimbangan Emosional (emotional stability)

Diri seorang pemimpin harus terdapat suatu kematangan emosional yang berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita, dan alam perasaan, serta pengintegrasian kesemuanya itu ke dalam suatu kepribadian yang harmonis.

  1.       Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinana yang dipaparkan dalam kajian teori kelompok 3 antara lain sebagai eksekutifpenengahpenganjurahli dan sebagai pemimpin diskusi.
a.        Pemimpin Eksekutif (excutive leader).
   
Fungsinya adalah ”menerjemahkan” kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan. Dia memimpin dan mengawasi tingkah laku orang-orang yang menjadi bawahannya.
b.       Pemimpin sebagai penengah
pemimpin bertindak sebagai penengah, yang setiap keputusannya dilaksanakan dengan taat.
c.        Pemimpin sebagai penganjur
      
Penganjur adalah sejenis pemimnpin yang memberi inspirasi kepada orang lain. Seringkali ia merupakan orang yang pandai bergaul dan fasih berkomunikasi.
d.       Pemimpin sebagai ahli
      
Lebih terpelajar dari pada orang-orang lainnya.Kepemimpinannya hanya berdasar fakta, dan hanya pada bidang dimana terdapat fakta.Bahwa fungsinya yang penting ialah memberi penerangan kepada  kelompoknya.[11] Alasan utama bagi eksistensinya ialah, bahwa “ia tahu dan orang lain tidak tahu” dan ia mempunyai wewenang.[12]
e.        Pemimpin Diskusi
      
Kriteria kepemimpinan demokratis ialah orang yang menerima peranannya sebagai pemimpin diskusi.

  1. Tipe Kepemimpinan

  1.  Otokratik            

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain[13]: menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya, dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya, bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksidan menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan.
2.  Paternalistik

Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional[14]. satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
                          Kharismatik.

Karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar[15]. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
  1. Laissez Faire

Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.Karakteristik dan gaya kepemimpinan tipe ini adalah [16]: pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif,  pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya langsung, Status quo organisasional tidak terganggu, penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah yang inovatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri, dan sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat yang minimum.

  1. Demokratik

kepemimpinan berdasarkan demokrasi yang pelaksanaannya disebut pemimpin partisipasi (partisipative leadership). Kepemimpinan partisipasi adalah suatu cara pemimpin yang kekuatannya terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Bentuk kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai factor utama dan terpenting. Setiap orang akan dihargai dan dihormati sebagai manusia yang memiliki kemampuan, kemauan, pikiran, minat, perhatian dan pendapat yang berbeda antarsatu dengan yang lainnya. Oleh karena itu setiap orang harus dimanfaatkan dengan mengikutsertakannya dalam semua kegiatan organisasi. Keikutsertaan itu disesuaikan dengan posisinya yang masing-masing memiliki wewenang dan tanggung jawab bagi tercapaianya tujuan bersama.
Ciri pemimpin demokratik[17] :
a.       Pemimpin yang demokratik biasanya memandang perananny selaku kordinator dan integrator dari berbagai unsure dan komponen organisasi.
b.  Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa, tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
c.   Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
d.  Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia.
e.   Seorang pemimpin demokratik disegani bukan ditakuti.

4.Gaya Kepemimpinan

Menurut Ludlow dan Panton dalam kajian teori kelompok 7, terdapat empat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi yang juga berbeda, antara lain; pengarahan (directing), pembekalan (coaching), dukungan (supporting), dan pendelegasian (delegating).
  1.      Pengarahan
Harus mampu menjelaskan sejelas mungkin dan rinci tentang apa yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, dan kapan pekerjaan tersebut harus dapat diselesaikan.
  1.     Pembekalan
perlu juga memberikan penjelasan seperlunya terhadap tugas dan pekerjaan yang belum dipahami dengan baik oleh para anggota.
  1.      Dukungan
lebih banyak terlibat dalam berbagai keputusan kerja dan memperoleh berbagai masukan atau saran-saran dari para anggota yang sangat berharga bagi peningkatan prestasi kerja.
  1.      Pendelegasian
Walau sudah ada perwakilan/pendelegasian, juga harus tetap melakukan pemantauan (monitoring) atas kinerja para anggotanya, untuk memastikan bahwa mereka tetap berada pada jalur sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Studi kepemimpinan Universitas Michigan yang dipelopori oleh Gibson dan Ivancevich mengidentifikasikan dua bentuk perilaku pemimpin yaitu[18] :

a.        Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (The Job Centered).
Dalam gaya kepemimpinan ini, seorang manajer akan mengarahkan dan mengawasi bawahannya agar sesuai dengan yang diharapkan manajer. Manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan ini lebih mengutamakan keberhasilan dari pekerjaan yang hendak dicapai daripada perkembangan kemampuan bawahannya.

b.       Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan (The Employee Centered).
Manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan ini berusaha mendorong dan memotivasi pekerjaannya untuk bekerja dengan baik. Mereka mengikutsertakan pekerjaannya dalam mengambil suatu keputusan.

B.     Peranan Pemimpin dalam Komunikasi

1.     Pemimpin sebagai komunikator
Seorang pemimpin dalam kegiatannya sebagai komunikator ialah adanya faktor daya tarik komunikator dan faktor kepercayaan pada komunikator.
2.     Pemimpin sebagai negotiator
Pemimpin bertindak bukan saja sebagai komunikator tetapi seklaigus sebagai komunikan. Dalam situasi seperti itu ia menyampaikan pesan persuasinya tetapi pada saat itu pula ia pada gilirannya menerima pesan persuasi dari lawannya, apakah lawannya itu sendirian ataupun lebih dari satu orang.

3.     Pemimpin sebagai monitor
Pemimpin mengobservasi dan meneliti gejala-gejala yang muncul di masyarakat yang mungkin menimbulkan pengaruh pada dirinya, pada kelompok, atau organisasi yang diwakilinya.


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi berasal dari bahasa latin communication dari induk kata communis yang berarti sama, Sama disini maksudnya adalah sama makna artinya menyamakan idea tau symbol-simbol menjadi satu makna dengan orang lain
Pola komunikasi organisasi ada 2 yaitu:
  1. Komunikasi formal
  2. Komunikasi informal
  Proses Komunikasi
Menurut Bovee dan Thill dalam kajian teori kelompok 3 proses komunikasi terdiri dari enam tahap, yaitu:
  1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
  2. Pengirim merubah ide menjadi suatu pesan
c.       Pengirim menyampaikan pesan
d.      Penerima menerima pesan
e.       Penerima menafsirkan pesan
f.       Penerima memberi tanggapan dan umpan balik ke pengirim

Pemimpin dan Kepemimpinan  merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Banyak muncul pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara lain :
 Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok (1942), Sedangkan kepemimpinan adalah   suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
          Tipe kepemimpinan ada 4yaitu:
1.      Otokratik
2.      Paternalistik
3.      Lises fairez
4.      Demokratik
Gaya kepemimpinan ada 4 yaitu:
1.      Pengarahan
2.      Pembekalan
3.      Dukungan
4.      Pendelegasian
Peranan pemimpin dalam komunikasi:
1.           Pemimpin sebagai komunikator
2.      Pemimpin sebagai negotiator

3.        Pemimpin sebagai monitor

B. SARAN
Kami menyadari bahwa tidak ada hal yang sempurna. Isi makalah ini masih perlu memperoleh saran dan kritikan dari siapa saja yang telah membaca dan memakainya. Saran dan kritik anda akan menjadikan makalah ini semakin sempurna.



DAFTAR PUSTAKA

Onong Uchjono, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju), 1992.

Drs. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara), cet 12, 2011.
Stephen P. Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, (Jakarta: Elrangga), 2002.
Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, Erlangga, ed III, 2006, Jakarta.

Ronald B. Adler & Jaanne Marquardt Elmhorst, Communicating at Work, (Boston: Mc.Graw Hill), 2002.

Keith Davis & john W Newston, Prilaku dalam Organisasi edisi7 jilid1, (Jakarta: elrangga), 1994.

John M Ivancevich, Robert konopaske, Michael T Matteson, Prilaku dan Manajemen Organisasi edisi 7 jilid 2, (Jakarta: Elrangga), 2007.

http://prismamika.blogspot.co.id/2012/04/161-faktor-penghambat-komunikasi.html



[1] Onong Uchjono, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju), 1992, hlm. 55.
[2] Drs. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara), cet 12, 2011, hlm 107

[3] Stephen P. Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, (Jakarta: Elrangga), 2002, hlm.148
[4] Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, Erlangga, ed III, 2006, Jakarta, hlm. 41.
[5] Drs. Arni Muhammad, Op.Cit., hlm 110-112
[6] http://prismamika.blogspot.co.id/2012/04/161-faktor-penghambat-komunikasi.html
[7] Ibid., hlm120-121

[8] Ibid., hlm 121-122
[9] Ibid, Hlm 237
[10] Ronald B. Adler & Jaanne Marquardt Elmhorst, Communicating at Work, (Boston: Mc.Graw Hill), 2002, hlm. 262
[11]  Ibid, Hlm 297
[12]  Ibid, Hlm 287
[13] Keith Davis & john W Newston, Prilaku dalam Organisasi edisi7 jilid1, (Jakarta: elrangga), 1994, hlm.160

[14] Ibid., hlm160
[15] Ibid., hlm161
[16] Ibid.,hlm 162
[17] Ibid.,hlm 162-163

[18] John M Ivancevich, Robert konopaske, Michael T Matteson, Prilaku dan Manajemen Organisasi edisi 7 jilid 2, (Jakarta: Elrangga), 2007, hlm413