KOMUNIKASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN
D I S U S U N OLEH: KELOMPOK 9
LILI RAVIZAH
LISA ARIYANTI
NUR ASIAH
PEMBIMBING : MUHAJIR RAMLI
S.sos i
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2016
KATA
PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat kesehatan, iman dan ilmu
pengetahuan sehingga penulis bisa menyiapkan tugas yang sederhana ini. Shalawat beriring salam
kita paparkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang membawa umatnya
keluar dari alam kegelapan sampai ke alam yang terang berderang yang kita
rasakan sekarang ini.
Makalah sederhana ini merupakan tugas akademik Mahasiswa, sebagai syarat sekaligus
ilmu untuk mahasiswa, penulis bersyukur kepada Allah SWT, yang memberikan
pengetahuan dan berterimah kasih kepada Ayah/Ibu, Dosen Muhajir Ramli
serta sahabat seperjuangan yang telah bersama-sama mengerjakan tugas ini,
dorongan semangat serta do’anya Hanya Allah SWT yang dapat membalaskan segala
kebaikan yang dikongsikan bersama.
Akhir kata, penulis berharap
mudah-mudahan makalah ini bisa berguna dan menjadi tambahan ilmu bagi pembaca.
Banda Aceh, 2 Januari 2016
Penulis
Lili Ravizah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
MASALAH
Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang
pemimpin adalah hal yang penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah
organisasi dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam organisasi yang
dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk
mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa
memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk
bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya.
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada
pembekalan dimensi keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun
keterampilan personal menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas
kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung
pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan
personal tersebut meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan
perilaku kelompok dalam kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan
melakukan modifikasi perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi,
kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif,
kemampuan memahami relasi antar konsep kepemimpinan-kekuasaan-politik dalam
organisasi, kemampuan memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta
kemampuan mengkonstruksikan budaya organisasi yang ideal.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
- Apa itu
komunikasi dan bagaimana pola dalam komunikasi ?
- Bagaimana
proses dan fungsi komunikasi dalam organisasi ?
- Bagaimana
kepemimpinan, fungsi, cirri, tipe dan gaya dalam organisasi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa latinCommunicatio dari
induk kata Communisyang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah
sama makna. Artinya, menyamakan ide atau symbol-simbol menjadi satu makna
dengan orang lain.
Menurut
Charles Colley komunikasi adalah mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan
antar manusia dan yang memperkembangkan semua lambang pikiran, bersama-sama dengan
sarana untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini mencakup
wajah, sikap dan gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta
api, telegrap, telepon, dan apa saja yang merupakan penemuan mutakhir untuk
menguasai ruang dan waktu.[1]
- Pola Komunikasi Organisasi
Secara umum
pola komunikasi dapat dibedakan menjadi :
a. Saluran
komunikasi formal
Komunikasi
formal merupakan komunikasi yang cenderung birokratis dan ketat, sehingga
pengambilan keputusan menjadi lamban.Pesan mengalir melalui jalan resmi yang
ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan.[2]
Kaitannya
dengan proses penyampaian informasi, terdapat beberapa bentuk,
diantaranya:
1) Komunikasi dari atas ke bawah
Komunikasi ke
bawah yaitu suatu penyampaian informasi baik lisan maupun tulisan,
secara langsung maupun tak langsung, berupa perintah atau penjelasan
umum dari atasan kepada bawahannya. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan
Robbin yang menjelaskan sebagai berikut: Komunikasi yang berlangsung dari
tingkat tertentu dalam satu kelompok atau organisasi ke tingkat yang lebih
rendah.[3]
Menurut Onong
U Effendy pelaksanaan komunikasi ke bawah, informasi ini dapat
berupa:mengadakan rapat, memasang pengumuman, menerbitkan majalah
intern, dan pemberian pujian.
Menurut Katz
dan Kahn dalam kajian teori kelompok 3, komunikasi ke bawah mempunyai lima
tujuan pokok[4] yaitu:
a) Memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu.
b) Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus
dilaksanakan.
c) Meberikan informasi tentang prosedur dan praktik
organisasional.
d) Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para
anggota.
e) Menyajikan informasi mengenai aspek ideology dalam
membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.
Factor yang
mempengaruhi komunikasi ke bawah[5] antara
lain:
a) Keterbukaan
Kurangnya
sifat terbuka diantara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan pembelokan atau
tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam pesan, umumnya para pemimpin
tidak begitu memperhatikan arus komunikasi ke bawah. Pimpinan mau memberikan
informasi ke bawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian
tugas, tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas pesan tersebut
tetap dipegangnya.
b) Kepercayaan pada tulisan pesan
Kebanyakan para pemimpin lebih
percaya pada pesan tulisan dan metode defuse yang menggunakan alat-alat
elektronik dari pada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka.
c) Pesan yang berlebihan
Karena
banyaknya pesan-pesan dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani dengan
memo-memo, bulletin, surat-surat pengumuman, majalah dan pernyataan
kebijaksanaan, sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh
karyawan. Reaksi karywan terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak
membacanya.
d) Timing (waktu pengiriman pesan)
Waktu
pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah pimpinan hendaklah
mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang
potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan kebawah
pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan
karyawan tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan
oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi kepada efektivitasnya.[6]
e) Penyaringan pesan
Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah
semuanya diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan.
Penyaringan pesan dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya,
perbedaan persepsi diantara karyawan, jumlah mata rantai dalam jaringan
komunkasi dan perasaan kurang percaya kepada supervisor.
2. Komunikasi dari bawah ke atas
Komunikasi ke
atas yaitu suatu penyampaian informasi yang mengalir atau berasal
dari bawahan kepada pimpinan/atasan. Prinsip-prinsip komunikasi ke atas
menurut Planty dan Mchaver adalah sebagai berikut[7], Harus
direncanakan, berlangsung terus menerus, menggunakan saluran yang rutin,
menekan kesensitifan dan penerimaan ide-ide yang menyenangkan dari level yang
lebih rendah, pendengaran yang objektiv, pengambilan tindakan berespon terhadap
masalah dan menggunakan berbagai macam media untuk memajukan informasi.
3. Komunikasi horizontal
Komunikasi
yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar/sederajat dalam
suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain[8] mengkoordinasikan
tugas-tugas, saling membagi informasi untuk perencanaan aktivitas, memecahkan
masalah yang timbul diantara orang-orang yang berada pada tingkatan yang sama,
menyelesaikan konflik, menjamin pemahaman yang sama, dan menegmbangkan sokongan
interpersonal. Komunikasi horizontal sering diperlukan untuk menghemat
waktu dan memudahkan koordinasi.
4. Komunikasi diagonal
Komunikasi
antara dua tingkat organisasi yang berbeda. Komunikasi diagonal memiliki
beberapa keuntungan, diantaranya yaitu:
a) Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang
bentuk komunikasi tradisional.
b) Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau
departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi.
Dan
kelemahannya dapat mengganggu komunikasi yang rutin yang sudah berjalan
sebelumnya.
b. Saluran
komunikasi informal
Komunikasi
informal cenderung luwes/fleksibel dan tidak ketat, berkomunikasi dengan
lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan
sifat arus informasi pribadi.Jaringan ini biasa di sebut desas-desus
(grapevine).Jaringan juga dapat digunakan oleh para manajer untuk memonitor
para anggotanya dalam melakukan tugasnya.
2. Proses Komunikasi
Menurut Bovee
dan Thill dalam kajian teori kelompok 3 proses komunikasi terdiri dari enam
tahap, yaitu:
a) Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
b) Pengirim merubah ide menjadi suatu pesan
c) Pengirim menyampaikan pesan
d) Penerima menerima pesan
e) Penerima menafsirkan pesan
f) Penerima memberi tanggapan dan umpan balik ke pengirim
3. Munculnya kesalahpahaman komunikasi
a. Masalah dalam mengembangkan pesan
Munculnya
keragu-raguan tentang isi pesan, kurang tebiasa dengan situasi yang ada atau
masih asing dengan audiens, adanya pertentangan emosional, atau kesulitan dalam
mengekspresikan ide atau gagasan.[9]
b. Masalah dalam menyampaikan pesan
munculnya
masalah penyampaian pesan dari pengirim ke penerima, dan masalah yang paling
jelas adalah faktor sarana fisik untuk komunikasi.
c. Masalah dalam menerima pesan
Munculnya persaingan
antara penglihatan dan suara, kursi yang tidak nyaman, lampu kurang terang dan
kondisi lain yang mengganggu konsentrasi audiensi.
d. Masalah dalam menafsirkan pesan
Karena
perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran dan perbedaan reaksi emosional
1.
Komunikasi
Personal
Komunikasi
personal merupakan proses penyampaian pikiran yang bersifat pribadi. Komunikasi
personal diklasifikasikan menjadi:
a) Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi
dengan diri sendiri, Jadi seseorang berdialog dengan dirinya sendiri..
Proses
komunikasi intrapersonal:
1. Persepsi, proses di mana seseorang mulai mengenal sesuatu.
2. Ideasi, proses pembentukan ide-ide atau citra-citra hasil proses
persepsi tadi.
3. Transmisi, Proses pengiriman atau penyebaran sesuatu dari tempat
yang satu ke tempat yang lain.
b) Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
antara seseorang dengan orang lain yang juga seorang diri secara pribadi.
2.
Komunikasi
Kelompok
Komunikasi
kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara seseorang dengan sejumlah
orang yang banyaknya lebih dari dua orang di suatu tempat tertentu.Ada kelompok
besar da nada kelompok kecil.Besar kecilnya kelompok komunikan ditinjau dari
intensitas komunikasi yang berlangsung.
- Komunikasi
kelompok kecil
Kelompok
komunikan yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan
tanggapan secara verbal.Ada beberapa bentuk komunikasi kelompok kecil dalam
proses dan mekanismenya, yaitu:Diskusi panel, Forum, Simposium, Seminar, dan
Brainstorming.
- Komunikasi
kelompok besar
Komunikasi
dengan sekelompok komunikan yang oleh karena jumlahnya yang besar, situasi
komunikasinya tidak memungkinkan terjadinya umpan balik verbal.
4. Fungsi Komunikasi dalam Kelompok/Organisasi
- Fungsi
informative
Organisasi
dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Maksudnya,seluruh anggota
dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak,
lebih baik,dan lebih tepat.
- Fungsi
regulatif
Fungsi
regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi.
- Fungsi
persuasive
Dalam mengatur
suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil
sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan lebih
suka memersuasi bawahanya dari pada memberi perintah.
- Fungsi
integratif
Setiap
organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan anggota dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan baik.
B. Kepemimpinan
Pemimpin dan
Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat
dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Banyak muncul
pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara lain :
Pemimpin
adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok (1942), Sedangkan kepemimpinan
adalah suatu
kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan
friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan
kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
- Ciri Kepemimpinan
Dr. W.A.
Gerungan dalam kajian teori kelompok 3 disebutkan telah mengetengahkan
cirri-ciri pemimpin sekurang-kurangnya harus memiliki tiga cirri yaitu:
- Persepsi Sosial (social
perception)
adalah
kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota
kelompok.
- Kemampuan Berpikir Abstrak
(Ability in abstract thinking)
Kemampuan
berabstraksi yang sebenarnya merupakan salah satu segi dari struktur
intelegensi, ketajaman persepsi dan kemampuan menganalisis didampingi oeh
kemampuan berabstraksi dan mengintegrasikan fakta-fakta interaksi sosial di
dalam dan di luar kelompok.
- Keseimbangan Emosional
(emotional stability)
Diri seorang
pemimpin harus terdapat suatu kematangan emosional yang berdasarkan kesadaran
yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita, dan
alam perasaan, serta pengintegrasian kesemuanya itu ke dalam suatu kepribadian
yang harmonis.
- Fungsi Kepemimpinan
Fungsi
kepemimpinana yang dipaparkan dalam kajian teori kelompok 3 antara lain sebagai eksekutif, penengah, penganjur, ahli dan
sebagai pemimpin diskusi.
a.
Pemimpin
Eksekutif (excutive leader).
Fungsinya
adalah ”menerjemahkan” kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan. Dia memimpin dan
mengawasi tingkah laku orang-orang yang menjadi bawahannya.
b.
Pemimpin
sebagai penengah
pemimpin
bertindak sebagai penengah, yang setiap keputusannya dilaksanakan dengan taat.
c.
Pemimpin
sebagai penganjur
Penganjur
adalah sejenis pemimnpin yang memberi inspirasi kepada orang lain. Seringkali
ia merupakan orang yang pandai bergaul dan fasih berkomunikasi.
d. Pemimpin sebagai ahli
Lebih
terpelajar dari pada orang-orang lainnya.Kepemimpinannya hanya berdasar fakta,
dan hanya pada bidang dimana terdapat fakta.Bahwa fungsinya yang penting ialah
memberi penerangan kepada kelompoknya.[11]
Alasan utama bagi eksistensinya ialah, bahwa “ia tahu dan orang lain tidak
tahu” dan ia mempunyai wewenang.[12]
e.
Pemimpin
Diskusi
Kriteria
kepemimpinan demokratis ialah orang yang menerima peranannya sebagai pemimpin diskusi.
- Tipe Kepemimpinan
1. Otokratik
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain[13]: menuntut ketaatan penuh dari para
bawahannya, dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya, bernada
keras dalam pemberian perintah atau instruksidan menggunakan pendekatan
punitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan.
2.
Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang
bersifat tradisional[14]. satu ciri utama masuarakat
tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota
masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.Pemimpin seperti ini
kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat,
para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
Kharismatik.
Karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga
mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar[15]. Tegasnya seorang pemimpin yang
kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para
pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang
tersebut dikagumi.
- Laissez Faire
Pemimpin ini
berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya
karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang
mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin
dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan
pemimpin tidak terlalu sering intervensi.Karakteristik dan gaya kepemimpinan tipe ini adalah [16]: pendelegasian
wewenang terjadi secara ekstensif, pengambilan keputusan diserahkan
kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada petugas operasional,
kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya
langsung, Status quo organisasional tidak terganggu, penumbuhan dan pengembangan
kemampuan berpikir dan bertindah yang inovatif diserahkan kepada para anggota
organisasi yang bersangkutan sendiri, dan sepanjang dan selama para anggota
organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi
pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat yang minimum.
- Demokratik
kepemimpinan berdasarkan demokrasi yang pelaksanaannya
disebut pemimpin partisipasi (partisipative leadership). Kepemimpinan
partisipasi adalah suatu cara pemimpin yang kekuatannya terletak pada
partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Bentuk kepemimpinan ini menempatkan
manusia sebagai factor utama dan terpenting. Setiap orang akan dihargai dan
dihormati sebagai manusia yang memiliki kemampuan, kemauan, pikiran, minat,
perhatian dan pendapat yang berbeda antarsatu dengan yang lainnya. Oleh karena
itu setiap orang harus dimanfaatkan dengan mengikutsertakannya dalam semua
kegiatan organisasi. Keikutsertaan itu disesuaikan dengan posisinya yang masing-masing memiliki wewenang dan tanggung jawab bagi
tercapaianya tujuan bersama.
Ciri pemimpin
demokratik[17] :
a. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang perananny
selaku kordinator dan integrator dari berbagai unsure dan komponen organisasi.
b. Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun
sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan
kegiatan yang tidak bisa, tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
c. Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai
dengan tingkatnya.
d. Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan
menjunjung harkat dan martabat manusia.
e. Seorang pemimpin demokratik disegani bukan ditakuti.
4.Gaya
Kepemimpinan
Menurut Ludlow
dan Panton dalam kajian teori kelompok 7, terdapat empat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan
dalam situasi dan kondisi yang juga berbeda, antara lain; pengarahan
(directing), pembekalan (coaching), dukungan (supporting), dan pendelegasian
(delegating).
- Pengarahan
Harus mampu
menjelaskan sejelas mungkin dan rinci tentang apa yang harus dikerjakan,
bagaimana cara mengerjakan, dan kapan pekerjaan tersebut harus dapat
diselesaikan.
- Pembekalan
perlu juga
memberikan penjelasan seperlunya terhadap tugas dan pekerjaan yang belum
dipahami dengan baik oleh para anggota.
- Dukungan
lebih banyak
terlibat dalam berbagai keputusan kerja dan memperoleh berbagai masukan atau
saran-saran dari para anggota yang sangat berharga bagi peningkatan prestasi
kerja.
- Pendelegasian
Walau sudah
ada perwakilan/pendelegasian, juga harus tetap melakukan pemantauan
(monitoring) atas kinerja para anggotanya, untuk memastikan bahwa mereka tetap
berada pada jalur sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Studi
kepemimpinan Universitas Michigan yang dipelopori oleh Gibson dan Ivancevich
mengidentifikasikan dua bentuk perilaku pemimpin yaitu[18] :
a.
Gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (The Job Centered).
Dalam gaya
kepemimpinan ini, seorang manajer akan mengarahkan dan mengawasi bawahannya
agar sesuai dengan yang diharapkan manajer. Manajer yang mempunyai gaya
kepemimpinan ini lebih mengutamakan keberhasilan dari pekerjaan yang hendak
dicapai daripada perkembangan kemampuan bawahannya.
b. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan (The
Employee Centered).
Manajer yang
mempunyai gaya kepemimpinan ini berusaha mendorong dan memotivasi pekerjaannya
untuk bekerja dengan baik. Mereka mengikutsertakan pekerjaannya dalam mengambil
suatu keputusan.
B. Peranan Pemimpin dalam Komunikasi
1. Pemimpin
sebagai komunikator
Seorang
pemimpin dalam kegiatannya sebagai komunikator ialah adanya faktor daya tarik
komunikator dan faktor kepercayaan pada komunikator.
2. Pemimpin
sebagai negotiator
Pemimpin
bertindak bukan saja sebagai komunikator tetapi seklaigus sebagai komunikan.
Dalam situasi seperti itu ia menyampaikan pesan persuasinya tetapi pada saat
itu pula ia pada gilirannya menerima pesan persuasi dari lawannya, apakah
lawannya itu sendirian ataupun lebih dari satu orang.
3. Pemimpin
sebagai monitor
Pemimpin
mengobservasi dan meneliti gejala-gejala yang muncul di masyarakat yang mungkin
menimbulkan pengaruh pada dirinya, pada kelompok, atau organisasi yang
diwakilinya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi berasal dari bahasa
latin communication dari induk kata communis yang berarti sama, Sama disini
maksudnya adalah sama makna artinya menyamakan idea tau symbol-simbol menjadi
satu makna dengan orang lain
Pola komunikasi organisasi ada 2
yaitu:
- Komunikasi
formal
- Komunikasi
informal
Proses Komunikasi
Menurut Bovee
dan Thill dalam kajian teori kelompok 3 proses komunikasi terdiri dari enam
tahap, yaitu:
- Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
- Pengirim merubah ide menjadi suatu pesan
c.
Pengirim
menyampaikan pesan
d.
Penerima
menerima pesan
e.
Penerima
menafsirkan pesan
f.
Penerima
memberi tanggapan dan umpan balik ke pengirim
Pemimpin dan
Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan
secara struktural maupun fungsional. Banyak muncul pengertian-pengertian
mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara lain :
Pemimpin
adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok (1942), Sedangkan kepemimpinan
adalah suatu
kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan
friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan
kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
Tipe
kepemimpinan ada 4yaitu:
1.
Otokratik
2.
Paternalistik
3.
Lises fairez
4.
Demokratik
Gaya kepemimpinan ada 4 yaitu:
1. Pengarahan
2. Pembekalan
3. Dukungan
4. Pendelegasian
Peranan pemimpin dalam komunikasi:
1. Pemimpin
sebagai komunikator
2. Pemimpin sebagai negotiator
3. Pemimpin
sebagai monitor
B. SARAN
Kami menyadari bahwa tidak ada hal yang sempurna. Isi makalah ini
masih perlu memperoleh saran dan kritikan dari siapa saja yang telah membaca
dan memakainya. Saran dan kritik anda akan menjadikan makalah ini semakin
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Onong Uchjono, Kepemimpinan
dan Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju), 1992.
Drs. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi,
(Jakarta: Bumi Aksara), cet 12, 2011.
Stephen P.
Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, (Jakarta: Elrangga),
2002.
Djoko
Purwanto, Komunikasi Bisnis, Erlangga, ed III, 2006, Jakarta.
Ronald B.
Adler & Jaanne Marquardt Elmhorst, Communicating at Work, (Boston:
Mc.Graw Hill), 2002.
Keith Davis & john W Newston, Prilaku dalam
Organisasi edisi7 jilid1, (Jakarta: elrangga), 1994.
John M Ivancevich, Robert konopaske, Michael T
Matteson, Prilaku dan Manajemen Organisasi edisi 7 jilid 2, (Jakarta:
Elrangga), 2007.
http://prismamika.blogspot.co.id/2012/04/161-faktor-penghambat-komunikasi.html
[6]
http://prismamika.blogspot.co.id/2012/04/161-faktor-penghambat-komunikasi.html
[9] Ibid, Hlm 237
[10] Ronald B. Adler & Jaanne Marquardt Elmhorst, Communicating
at Work, (Boston: Mc.Graw Hill), 2002, hlm. 262
[11] Ibid, Hlm 297
[12] Ibid, Hlm 287
[13] Keith Davis
& john W Newston, Prilaku dalam Organisasi edisi7 jilid1, (Jakarta:
elrangga), 1994, hlm.160
[18] John M
Ivancevich, Robert konopaske, Michael T Matteson, Prilaku dan Manajemen
Organisasi edisi 7 jilid 2, (Jakarta: Elrangga), 2007, hlm413